Subscribe to our RSS Feeds
Hello, this is a sample text to show how you can display a short information about you and or your blog. You can use this space to display text or image introduction or to display 468 x 60 ads and to maximize your earnings.
0 Comments »
VISI :
Menjadikan KabarIndonesia sebagai koran online yang terpercaya. KabarIndonesia adalah koran gotong-royong (colloborative content creation). Oleh sebab itulah KabarIndonesia harus menjadi corong kebenaran yang informatif dan demokratif. Pengunjung KabarIndonesia adalah Penulis KabarIndonesia. Sesuai dengan motto KabarIndonesia: "Dari kita untuk kita"


MISI :
Menyajikan berita-berita yang menarik dan selalu up-to-date dengan prinsip: "from Any to Many"


Yayasan Peduli Indonesia
Sebagai pengelola dari KabarIndonesia terdaftar sebagai stichting (yayasan) di Kamar Dagang Alphen aan den Rijn - Netherlands. Apabila terjadi sengketa maka Alphen aan den Rijn - Netherlands yang akan dipilih sebagai tempat kedudukan hukum dan juga hukum perdata yang berlaku di Netherlands.
22.55
0 Comments »
"Pedekate" ke DPRD, Ini Jawaban Jokowi
Penulis : Kurnia Sari Aziza | Senin, 26 November 2012 | 11:56 WIB
Dibaca:
|
Share:
Kurang "Pedekate" ke DPRD, Ini Jawaban Jokowi
22.51
0 Comments »
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, setiap organisasi massa memiliki hak untuk melakukan kegiatan dan membuka cabang di seluruh Indonesia asalkan tak bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Terkait penolakan masyarakat Kalimantan Tengah terhadap organisasi Front Pembela Islam, Presiden menyatakan, hal itu perlu diletakkan sesuai konteksnya.
"Bagi sejumlah organisasi masa, mesti dimengerti, kegiatan yang dilakukan membuat tak nyaman sebagian kalangan di negeri ini. Mengapa yang lain boleh (melakukan kegiatan di Kalteng), tetapi seolah-olah FPI justru seolah-olah ditolak?" kata SBY dalam acara silaturahim dengan jurnalis Istana Kepresidenan di Istana Negara, Jakarta, Senin (13/2/2012).
Presiden SBY kembali menegaskan bahwa setiap ormas yang melanggar hukum harus ditindak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Presiden tidak memiliki kewenangan untuk melakukan intervensi hukum. Di sisi lain, SBY mengakui bahwa produk hukum yang berkaitan dengan ormas produk tahun lama. Zaman dikatakan telah berubah. Maka itu, ia meminta jajaran pemerintah terkait untuk membenahi peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan ormas.
Pasca-penolakan masyarakat lokal Kalteng terhadap kehadiran pimpinan DPP FPI, Presiden SBY mengaku telah berbicara dengan Gubernur Kalteng Teras Narang, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, serta Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi. Ia meminta agar jajaran pimpinan Kalteng mewaspadai bentuk provokasi oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.
"Saya berpesan kepada jajaran daerah di Kalimantan, jangan lengah. Bisa saja ada provokasi terkait kejadian kemarin. Ambil langkah bijak agar tak terjadi aksi kekerasan di negeri ini atas nama agama dan etnis," katanya.
22.50
0 Comments »
Kapolri Pahami Kalteng Tolak FPI
Penulis : Hindra Liu | Selasa, 14 Februari 2012 | 14:00 WIB
|
Share:
Kapolri Pahami Kalteng Tolak FPI
22.49
0 Comments »
SBY untuk Gerakan "Indonesia Tanpa FPI"
Penulis : Hindra Liu | Selasa, 14 Februari 2012 | 15:57 WIB
|
Share:
Ini Pesan SBY untuk Gerakan "Indonesia Tanpa FPI"
22.47
0 Comments »
Juru bicara organisasi massa Front Pembela Islam (FPI), Munarman, menuding Partai Demokrat (PD) mencoba mengalihkan berbagai kasus dugaan korupsi yang tengah mendera PD ke masalah FPI. Menurut dia, hal itu terlihat dalam aksi demonstrasi menolak FPI di Bundaran Hotel Indonesia awal pekan ini.
"Siapa yang hadir di situ? Salah satu pengurus Partai Demokrat yaitu Ulil Abshar Abdalla. Dia yang menggerakkan. Dia coba mengalihkan isu di tingkat nasional," kata Munarman saat diskusi "Manfaat dan Mudharat Ormas" di Gedung DPD, Jakarta, Jumat (17/2/2012).
Munarman menuding pihak PD balas dendam setelah FPI berkali-kali melakukan demonstrasi di depan rumah Ketua Umum PD Anas Urbaningrum di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur. Demo itu terkait dugaan keterlibatan Anas dalam kasus korupsi.
Sutan Bhatoegana, salah satu Ketua DPP PD membantah pernyataan Munarman. "Tidak ada kaitannya untuk mengalihkan isu. Munarman jangan membawa-bawa nama Partai Demokrat untuk masuk ke masalah FPI. Ulil dalam hal ini bukan atas nama PD, tapi sebagai pribadi. Mari urus rumah tangga masing-masing, itu jauh lebih baik," kata Sutan.
22.46
0 Comments »
FPI Tuding Demokrat Alihkan Isu
Penulis : Sandro Gatra | Jumat, 17 Februari 2012 | 13:14 WIB
|
Share:
FPI Tuding Demokrat Alihkan Isu
22.45
0 Comments »
Habib Rizieq Pastikan FPI Tak Balas Dendam
Senin, 26 November 2012 | 11:44 WIB
Dibaca: 8322
Dibaca: 8243
|
Share:
Habib Rizieq Pastikan FPI Tak Balas Dendam AFP Habib Rizieq (depan) dan Munarman.

22.43
0 Comments »
Miftah Iman, Siap Bersaing kendati Minim Fasilitas
Oleh : Agus Suherlan | 14-Nov-2012, 16:16:43 WIB
KabarIndonesia - Meski harus berjibaku dengan minimnya sarana penunjang kegiatan belajar serta minimnya kesejahteraan yang didapat oleh para pengajar, namun Madrasah Ibtidahiyah (MI) Miftahul Iman Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah siap bersaing dengan sekolah lain. Sejak berdirinya tahun 1981, kini Madrasah yang terletak di bagian barat kabupaten Lampung tengah ini mulai banyak berbenah.

"Selain menonjolkan kualitas pelajaran, berbagai kegiatan ekstrakurikuler pun mulai diefektifkan. Untuk tahun ini kami mulai bebenah demi meraih prestasi. Tujuannya untuk memperkenalkan kepada masyarakat, kalau kami disini akan setara kualitasnya dengan mereka yang ada di daerah ini," kata Mukhidir, A.Md, Wakil kepala Madrasah Ibtidahiyah (MI) Miftahul Iman Poncowarno Bidang Kesiswaan kepada pewarta diruang kerjanya (11/11/2012)

Lebih lanjut Mukhidir juga  menjelaskan bahwa selain menempa siswa dengan program-program harian yang bersifat akademis serta agamis, pihak Madrasah juga akan mengedepankan kegiatan ekstrakurikuler sebagai wadah didalam membina serta mengembangkan minat yang ada pada siswa.

"Dengan aktifnya siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, secara otomatis siswa telah membentuk wadah-wadah kecil yang di dalamnya akan terjalin komunikasi antar anggotanya, dan sekaligus dapat belajar dalam mengorganisir setiap aktivitas kegiatan ekstrakurikuler," paparnya.

Senada dengan M. Yatin Munawar, ada banyak pilihan pengembangan yang dilakukan Madrasah dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut, seperti Pramuka, PMR, Rohis, Seni baca Quran, Tadabur Alam, ada juga polisi Kecil sebagai wadah bagi para siswa guna mengenal tugas serta fungsi polisi dalam masyarakat.

"Kami ingin mengembangkan potensi anak didik agar memiliki jiwa kepemimpinan sejak dini, Beruntungnya pelatih pun terdorong karena melihat semangat siswa sehingga tanpa pamrih mereka mendidik mereka," ungkapnya. 

Lebih lanjut ia juga memaparkan bahwa semangat siswa untuk mengikuti kegiatan dimadrasah ini tak lepas dari peran serta tenaga pendidiknya, yang juga bersemangat mendidik membina mereka di kelas.

"Sehingga dengan terjadi kesinambungan antara pelajaran di kelas dengan kegiatan di luar sekolah ini, diharapkan akan tercipta sumber daya manuasia yang unggul, demokratis, berkemampuan mandiri bersahabat, berdisiplin tinggi, bekerja keras, jujur dan bertanggung jawab," tandasnya. (*)
22.41
0 Comments »
Telinga kita sudah "panas" mendengarkan berita tentang kekerasan. Mulai dari kekerasan antar pelajar maupun antar warga satu daerah. Bahkan, fenomena ini sudah masuk dalam kategori brutal.

Kita sering mendengar kekerasan dalam rumah tangga, bahkan pada pendidikan. Para pelaku kekerasan beranggapan menyelesaikan sebuah masalah harus pakai kekerasan biar cepat selesai. Pada kenyataannya hal tersebut yang membuat masalah  tidak akan selesai, bahkan bertambah panjang.

Banyak alasan dari penyebab kekerasan tersebut bisa terjadi. Namun yang perlu kita garis bawahi di sini adalah para pelaku kekerasan mencari penghargaan, status bahkan kepuasan diri. Kita di sini tidak harus melakukan kekerasan dalam mendidik anak ataupun orang menjadi lebih baik dengan kekerasan. Namun kita mendidik anak dengan cara membentuk karakter anak tersebut, sekaligus kita juga mengajarkan dalam menyelesaikan masalah dengan jiwa kepemimpinannya. Tentu dengan cara musyawarah dan penyelesaian yang baik. Masak kita harus mengikuti para pejabat yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan.

Apalagi baru-baru ini ada berita tentang kekerasan terhadap jurnalis. Inikah awal dari penjajahan negara kita melalui warga negaranya sendiri. Kekerasan terjadi di mana-mana dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Sudah cukup, kekerasan ini harus diakhiri. dimulai dari diri kita sendiri dan orang sekitar kita. Semoga Indonesia menjadi lebih baik dan anti kekerasan.
***       

22.40
0 Comments »
Pendidikan Berbasis Rumah Ibadah
Oleh : Imam Subkhan | 03-Nov-2012, 05:58:20 WIB

KabarIndonesia - Miris dan memilukan. Dua kata itulah yang tepat untuk menggambarkan bagaimana wajah pendidikan kita akhir-akhir ini. Kekerasan, kekejaman, tindakan desktruktif, hingga pelecehan seksual yang dilakukan oleh generasi terdidik kita terus saja berlangsung, seolah-olah tiada bermuara.

Belum kering tanah makam Alawy Yusianto, 15 tahun, pelajar SMAN 6 Jakarta yang menjadi salah satu korban tawuran pelajar beberapa waktu lalu, di belakangnya muncul lagi rentetan peristiwa serupa, yang menunjukkan bagaimana keberingasan pelajar kita di jalanan. Korban-korban yang terus berjatuhan tersebut, ternyata tidak membuat kapok dan jera para pelaku berikutnya.

Barangkali, berita-berita kekerasan yang dilakukan kakak kelas inilah yang juga mengilhami para bocah yang masih duduk di bangku SD untuk melakukan tindak premanisme terhadap rekannya sendiri di kelas. Seperti diberitakan di Koran ini belum lama ini, tepatnya di Sragen, beberapa siswa SD melakukan penganiayaan dan pelecehan seksual kepada salah satu siswi SD di kelas. Parahnya, tindakan ini dilakukan pada saat jam pelajaran.

Tidak hanya sampai di sini, kasus tawuran yang merenggut korban jiwa juga terjadi di dunia perguruan tinggi yang notabene dihuni oleh para kaum cendekiawan dan intelektual muda, yaitu mahasiswa. Tidak tanggung-tanggung, dalam satu hari, dua peristiwa tawuran antarmahasiswa terjadi di Makassar (11/10), yaitu di Universitas Veteran RI (UVRI) dan Universitas Negeri Makassar (UNM).

Melihat beberapa tragedi ini, sungguh yang namanya aura perilaku civitas akademika yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban sama sekali tidak tercermin lagi. Lalu pertanyaannya, mengapa aksi-aksi kekerasan yang terjadi di kalangan pelajar seperti puncak gunung es, yang di bawah permukaan ternyata menyimpan bara-bara yang siap meledak kapan saja? Gagalkah sistem pendidikan karakter kita, dengan melihat kenyataan bahwa perilaku premanisme telah merasuk di semua jenjang pendidikan? Lalu, langkah strategis apa yang musti dilakukan untuk membenahi dunia pendidikan kita yang kian hari kian terdegradasi?


Basis Pendidikan Agama
Penulis tertarik, apa yang diwacanakan oleh mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK) baru-baru ini, yang mendorong pemerintah untuk memanfaatkan tempat-tempat ibadah sebagai pusat pendidikan anak usia dini (PAUD). Menurut JK, langkah ini akan meringankan beban pemerintah, salah satunya dalam hal pemenuhan kebutuhan infrastruktur dan fasilitas PAUD. Usulan ini ternyata mendapat respon positif dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, yang merencanakan untuk bisa direalisasikan pada tahun 2013 mendatang.

Menurut saya, langkah ini seyogyanya bukan kebijakan parsial, pragmatis, apalagi oportunis yang sekadar memanfaatkan bangunan yang kurang optimal selama ini untuk kepentingan kegiatan belajar dan mengajar bagi anak usia dini, tanpa sebelumnya ada rancangan program yang sistemik, terpadu dan berkelanjutan. Kebijakan ini, semestinya dikaitkan dengan pengimplementasian pendidikan agama dan karakter melalui pendekatan kontekstual. Dimana tidak sekadar menjejali anak dengan teori atau pengetahuan semata, tetapi yang lebih penting adalah membawa anak pada lingkungan yang tepat dengan cara pembiasaan dan pembudayaan sikap, perkataan dan perilaku positif, baik dengan sesama maupun dengan Tuhannya. Kita tahu, saat ini pemerintah dan seluruh pelaku pendidikan, seolah-olah berada di jalan buntu sehingga mengalami kebingungan dalam meramu dan menemukan strategi yang mujarab untuk pembentukan karakter anak, mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi. Tidak heran, jika tindak kekerasan dan tawuran semakin hari menjadi tren dan gaya hidup para pelajar kita.

Oleh karena itu, kebijakan memanfaatkan rumah ibadah sebagai sentra pendidikan harus dipersepsikan sebagai penerapan strategi pendidikan karakter, dimana penanaman nilai-nilai agama menjadi komponen pertama dan utama bagi kurikulum pendidikan kita. Rumah ibadah tetap dikembalikan pada fungsi utamanya, yaitu sebagai tempat pemujaan (baca: tata peribadahan) bagi umat pemeluk agama untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya. Dan yang perlu digarisbawahi, bahwa pengertian ibadah dalam konteks pendidikan harus dimaknai seluas-luasnya. Bukan sekadar urusan ritual dan sembahyang. Sehingga, buah dari pendidikan agama sesungguhnya adalah kesalehan pribadi, yaitu mencipta dan menjaga keharmonisan dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya.

Barangkali, dogma dari seorang ilmuwan bernama Albert Einstein, bahwa Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang, harus semakin termanifestasi di dalam kurikulum pendidikan kita. Artinya, semua pelaku pendidikan harus menyepakati, bahwa pendidikan agamalah yang menjadi ruh dan esensi dalam pembentukan kepribadian anak, baik di sekolah/kampus maupun di rumah. Sehingga rencana kebijakan pemerintah tentang pemanfaatan rumah ibadah sebagai basis pendidikan harus dimaknai dua hal. Pertama, mengoptimalkan penggunaan tempat-tempat ibadah yang tersebar di masyarakat untuk kepentingan dunia pendidikan, sebagaimana konsep awal dari Kemendikbud. Kedua, menghadirkan rumah-rumah ibadah di sekolah-sekolah dan di kampus-kampus untuk dijadikan pusat pendidikan karakter dan pembentukan kepribadian para peserta didik.

Memang, hampir sebagian besar sekolah, perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya sudah dilengkapi dengan fasilitas tempat ibadah, seperti masjid, gereja, pura, wihara dan sebagainya. Namun sejauh ini, peran dan fungsinya masih sebatas tempat ibadah ritual, artinya belum terinternalisasi dengan muatan kurikulum dan program pembelajaran. Rumah ibadah harus bisa difungsikan sebagai laboratorium dan sentra belajar yang menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Karena itu, jika disinergikan dengan muatan pendidikan, sesungguhnya sentra rumah ibadah memiliki multi peran dan manfaat. Pertama, menjadi sentra mendisiplinkan siswa. Sebagaimana diajarkan secara turun-temurun oleh para guru agama, bahwa di setiap rumah ibadah, walaupun tidak secara tertulis, akan ada etika dan tata cara yang harus dipatuhi oleh setiap individu yang menjamahnya. Seperti mengucapkan salam, berpakaian bersih dan sopan, berbicara yang bermanfaat secara pelan dan lembut, dan berperilaku baik dan bersahaja. Jika hal ini terus dilakukan, maka menjadi kebiasaan dan karakter positif bagi para peserta didik. Harapannya, perilaku positif ini akan teraktualisasi juga di luar rumah ibadah. Sehingga, mereka tidak lagi mau berdekatan dengan dunia kekerasan dan tawuran.

Kedua, sentra membangun keimananan dan ketakwaan. Rumah ibadah pada hakikatnya menjadi sarana bagi setiap individu untuk merefleksikan kehambaannya kepada Sang Pencipta. Hikmahnya, adalah Tuhan selalu hadir dan mengawasi setiap gerak-gerik kita. Sehingga, apa saja yang kita lakukan, selalu dalam rangka mencari cinta dan kasih sayang-Nya, bukan kemurkaan-Nya. Ketiga, sentra membangun kebersamaan dan kekeluargaan. Semua agama selalu mengajarkan rasa kasih sayang, saling menghargai, empati dan tolong-menolong terhadap sesama. Lihatlah suasana keakraban di rumah ibadah, setiap mereka berpapasan, selalu mengucapkan salam dan saling menanyakan kabar. Jika ada anggota jamaah yang sakit atau terkena musibah, tanpa dikomando, mereka segera menjenguk, mendoakan dan membantu semampunya. Keempat, sentra membangun budaya intelektualisme. Sudah lazim adanya, bahwa rumah ibadah juga dijadikan sumber ilmu. Di sini terjadi proses belajar mengajar dan ajang berdiskusi tentang berbagai ilmu pengetahuan. Sikap dan budaya ilmiah akan tercipta di sini, dimana setiap pendapat selalu dilandaskan pada referensi yang kuat. Saling adu argumen (bukan adu fisik) di antara mereka dapat semakin mendewasakan jiwa intelektualisme. Dan kelima, sentra pengembangan seni dan budaya. Hampir setiap agama yang ada di Indonesia, selalu memiliki ritus kesenian dan budaya yang berbeda-beda.

Pengembangan keterampilan seni dan budaya ini sesungguhnya bisa menjadi ajang aktualisasi diri bagi para peserta didik. Sehingga, dengan berbagai kesibukannya tersebut, semakin menjauhkan mereka dari aktivitas dan pergaulan yang tidak bermanfaat bagi diri dan masa depannya. ***

Penulis: Imam Subkhan, Humas Yayasan Lembaga Pendidikan Al Firdaus, tulisan ini pernah dipublikasikan di Harian Joglosemar

22.40
0 Comments »
Juru bicara Front Pembela Islam (FPI) Munarman ribut di jalan dengan sejumlah pengendara motor di Jalan Raya Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Minggu (25/11/2012) sore. Setelah kejadian tersebut, Munarman lantas berniat melaporkannya ke polisi dengan mendatangi Polsek Pamulang, Tangerang Selatan, sore itu. Namun, Munarman yang saat itu sedang terburu-buru akhirnya tidak memutuskan untuk lapor polisi."Munarman tidak terima atas kejadian tersebut. Dia pun mendatangi Polsek mau melapor. Tapi, dia terburu-buru dan tidak mau menunggu," ujar Kapolsek Pamulang Kompol Muhammad Nasir saat dihubungi, Senin (26/11/2012).
Nasir menjelaskan, setelah itu Munarman menyatakan tidak lagi mempermasalahkan kejadian tersebut. Munarman pun meninggalkan Polsek Pamulang. "Dia akhirnya buat pernyataan 'Saya tidak akan mempermasalahkan kejadian tersebut'. Jadi masalahnya selesai," kata Nasir.
Menurut Nasir, Munarman saat itu hendak menuju Cinere dan terjebak macet di Pondok Cabe. Kejadian sekitar pukul 17.15 saat Jalan Raya Pondok Cabe dipadati kendaraan. Munarman tengah terburu-buru dan membunyikan klakson kepada pengendara motor di depannya. Namun, pengendara motor tersebut tidak menggubris bunyi klakson di belakangnya. Munarman dengan kesal melanjutkan perjalanan.
"Munarman jalan lagi, mungkin diikuti, kaca spion mobilnya disenggol," kata Nasir.
Nasir mengatakan, Munarman pun mengejar balik pengendara motor tersebut. Setelah Munarman turun dari mobil, dia pun terlibat cekcok dengan pengendara motor itu. Warga sekitar kemudian mencoba melerainya.
Hingga berita ini diturunkan, Munarman belum dapat dihubung
22.39
0 Comments »
Dapur rahasia", itu kesan pertama yg muncul dibenak ketika masuk ke kelas cooking plus, yg lokasinya terletak di lantai 3 Vineth Bakery.
Kalau kamu bawa mobil sendiri, setelah lampu merah kedua dari blok m, langsung ambil lajur kiri, lokasinya sebelum bank BTPN
Tempat parkir disini cukup memadi, jadi jangan takut ga dapet parkir ya. setelah sampai di depan vineth Bakery jangan masuk ke bakerynya,
tapi naik ke tangga yg berada di samping kiri pintu masuk bakery.
langsung saja naik ke atas ke lantai 3. nanti di lantai 3 lihat sebelah kiri ada pintu, disitulah letak "dapur rahasia"nya hihihi.

cooking class disini sangat menyenangkan. Kelasnya yg berukuran sedang memudahkan kita untuk berinteraksi secara intens dengan pengajarnya, yaitu Olivia Wongso
Disana sudah disediakan resep, peralatan dan bahan2 yg digunakan. Pertama2 kita akan dijelaskan satu persatu bahan2 yg kita gunakan, selanjutnya langsung praktek memasak secara bertahap.
Disetiap tahapan, pengajar akan menjelaskan & mencontohkan prosesesnya, selama kita praktek, pengajar akan berkeliling untuk mememastikan apakah kita sudah benar dalam membuatnya, kita juga dapat langsung mengajukan pertanyaan apabila mengalami kesulitan.

Disela2 menunggu masakan matang, kita disuguhan minuman dingin dan cemilan yg ditaruh dibagian belakang kelas.

Setelah masakan matang dan proses memasak sudah selesai, kita boleh icip langsung loh, kalau mau juga boleh untuk dibawa pulang untuk dipamerin ke orang2 dirumah :D
22.38
0 Comments »
Tantri Syahlindri akrab disapa cukup Tantri yang tom boy, vokalis Kotak band, tampaknya lebih senang dan santai saja membicarakan seputar kariernya lady rocker penampilannya di panggung musik yang lebih kental ngerocknya.

Sebagai seorang entertainer sejati, Tantri asli Kota Gudeg Yogyakarta, dirinya ingin tampil beda dengan fresh agar sedap dipandang fans beratnya yang ada di seluruh Indonesia tercinta ini.

Ya, Tantri dengan Kotak, menurut Bens Leo, seorang pengamat musik memang tak dapat dipisahkan. Ibaratnya ada KOTAK tentu tak ketinggalan tersembul lengkingan kegarangan vokal berciri khas diajeng Tantri yang mirip suara Anggun C Sasmi.

Dengarkan tembang "Apa Bisa", sound track film "Tendangan Langit" yang dibintangi Irfan Bachdim, salah seorang bomber dimiliki timnas Piala AFF dan tak ketinggalan "Kecuali Kamu" mengangkat nama Kotak pantas bertengger di jajaran teratas grup band meramaikan di bursa wahana musik.

"Aku rasa sebagai entertainer sejati, haruslah selalu menjaga penampilan kita di atas panggung. Orang pinginnya lihat kita sempurna, tak boleh terlihat lelah dan loyo," tutur Tantri Syalindri vokalis Kotak kala menjawab pertanyaan Nino Fernando di sela pengenalan Kotak masuk Sabotase di iradio net work dengan sangat mantap dan percaya diri.

Alhamdulillah, semoga cita-cita Tantri dengan Kotak-nya menjadi kenyataan, untuk tetap sebagai lady rocker masa depan, setelah surutnya lady rock lainnya Nicky Astrea, Renny Jayusman, Atiek CB, Ita Purnamasari. (*)
22.37
1 Comments »
Berbagi
Oleh : Johanes Krisnomo | 24-Nov-2012, 12:26:57 WIB
Bangga,
Itu rasa hatinya blogger
Berbagi,
Itu perilaku hatinya blogger

Jangan katakan percuma
Bila hatimu tak rela memberi
Jangan katakan buang waktu
Bila  hatimu tak sejalan kemauan

Kemampuan  ditempa dari pengalaman
Kemahiran dicipta dari pengorbanan
Tak kau sadari tulisanmu makin mampu
Tak kau sadari tulisanmu makin mahir

Gara-gara blog menulis tanpa pamrih
Gara-Gara blog membahana tanpa dinyana
Gara-Gara blog melekat sehat dan percaya diri
Blogger pilihan tepat bikin bangga buat berbagi



Bandung, 24 Nov 2012 

Catatan : Puisi Blogger dipersembahkan untuk memeriahkan Lomba Blogger dalam rangka menyambut hari ulang tahun Harian Online KabarIndonesia (HOKI) yang keenam pada tanggal 11 November 2012, Penulis adalah peserta lomba Opini - Blogger Bangga buat Berbagi dan telah tayang di HOKI juga http://www.johaneskrisnomo.blogspot.com/

22.37
0 Comments »
Ponpes Thoriqul Huda Rusak
Oleh : Wartono | 31-Okt-2012, 10:01:16 WIB
KabarIndonesia - Pondok Pesantren Salafiah Thoriqul Huda yang terletak di Kp. Cikendi, Desa Sukanagara, Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya, kondisinya memprihatinkan. Bangunan fisik pondok pesantren tersebut rusak berat.  Dindingnya retak dan tidak tegak lagi. Kusen-kusennya pun sudah banyak yang rapuh dan atap genting terlihat bocor menganga. Kondisi ini diakibatkan dimakan usia dan bencana gempa yang menimpa kabupaten Tasikmalaya pada 2009 lalu

Burhan, Pimpinan Pondok Pesantren Thoriqul Huda menjelaskan,  kerusakan bangunan tersebut lantaran dimakan usia dan ditambah lagi dengan terjadinya bencana gempa bumi, sehingga bangunan ini semakin parah. "Kami sudah mengajukan bantuan, tapi tidak terealisasi.  Harapan kami semoga pemerintah dapat membantu untuk memperbaiki gedung pesantren ini," jelasnya kepada pewarta HOKI waktu ditemui di kediamannya.

Tadinya di ruangan atas adalah tempat menginap para santri, namun karena kondisinya rusak, sekarang ini dibiarkan kosong. Minimnya dana membuat kerusakan gedung tersebut hingga saat ini belum mampu diperbaiki.

"Untuk itu kami mohon bantuan pemerintah guna kelancaran kegiatan belajar," harapnya.

Berdasarkan pantauan, bangunan pondok pesantren salafiah Thoriqul Huda sudah seharusnya mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat maupun daerah karena kondisi keuangan Ponpes tidaklah mencukupi. Semoga saja pemerintah secepatnya memberikan bantuan guna memperbaiki gedung Ponpes tersebut.  Saat ini jumlah santri yang menuntut ilmu sebanyak 28 orang dengan 3 pengajar. (*)
22.36
0 Comments »
Gaji Guru Honorer Swasta Lebih Kecil Dari Buruh Pabrik
Oleh : Agus Suherlan | 09-Nov-2012, 09:26:47 WIB

KabarIndonesia - Lampung, Miris, mungkin itu kata yang tepat untuk mengungkapkan keprihatinan terhadap kesejahteraan "Korps Oemar Bakri" atau yang sering kita sebut dengan guru (khususnya guru honorer murni).  Berdasarkan hasil investigasi yang penulis lakukan di beberapa sekolah swasta, baik  tingkatan SD/MI, SLTP/MTS, atau SLTA/MA/SMK yang ada di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung, rata-rata gaji/honor yang diterima oleh Guru Honor swasta (GHS)  berkisar Rp 150.000,- sampai dengan Rp 500.000,- per bulan.  Hal itu disebabkan selain jumlah honor GHS yang hanya berdasarkan pada jumlah jam mengajar GHS bersangkutan, juga dikarenakan faktor minimnya perhatian pemerintah, baik pusat maupun daerah terhadap nasib para pahlawan yang konon katanya (benar-benar)  tanpa tanda jasa ini.

Menurut Pjs. Ketua Persatuan Guru Honorer Murni (PGHM) Provinsi Lampung Tekad Yuliono, S.Pd.I. seperti dirilis dari Radarlampung (20/11)  kebanyakan para guru honorer murni hanya menerima gaji Rp 150-Rp 300 ribu per bulan. "Jumlah guru honorer di provinsi ini lebih banyak ketimbang guru PNS. Namun, perhatian kepada mereka masih minim,'' katanya.

Sedangkan dari pengakuan beberapa  Guru Honor swasta (GHS)  di Kabupaten ini kesejahteraan yang diterima oleh para GHS di wilayah itu terbilang sangat miris dan memprihatinkan.   M.Jaelani, S.Pd (29) misalnya, menurut GHS di salah satu sekolah swasta ini,  ia hanya menerima gaji Rp 250.000,- setiap bulannya. Padahal ia sudah mengabdi hampir 7 tahun. "Dulu ada pendataan guru honorer yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan setempat agar bisa dimasukkan  menjadi kategori II dalam pengangkatan menjadi CPNS, namun pendataan tersebut hanya untuk guru honor  yang mengajar di Sekolah Negeri. Sedangkan kami  di swasta tidak masuk dalam pendataan," paparnya.

Senada dengan Mukhidir, A.Md  (41),  menurutnya ia sudah hampir 18 tahun mengabdi sebagai GHS di Sekolah Swasta, namun sampai saat ini gajinya belum sampai  lima ratus ribu rupiah. "Pemerintah hanya memikirkan PNS dan Honorer sekolah negeri saja, sementara kami para GHS yang memiliki tanggung jawab sama dengan para guru PNS dan honorer sekolah negeri, justru nasibnya lebih buruk daripada buruh pabrik," ungkapnya
.
Diskriminasi lain yang masih dialami guru swasta adalah persoalan sertifikasi guru swasta serta nasib ke depan para guru swasta yang sudah tersertifikasi. Berdasarkan rilis dari harian online www. Tempo.com sebanyak  700 ribu guru yang menikmati tunjangan sertifikasi, hanya 73 ribu di antaranya adalah guru swasta atau baru 10 persen. Padahal, kata Zain Adv, Ketua Persatuan Guru dan Karyawan Swasta Indonesia Daerah Jawa Tengah,  undang-undang mengamanatkan bahwa sertifikasi harus menjangkau sebanyak 15 persen guru swasta.***

22.35
0 Comments »
Internet secara Cerdas dan Efisien
Oleh : Mutia Zata Yumni | 16-Nov-2012, 16:42:44 WIB
KabarIndonesia Internet… Siapa sih yang tak tahu internet di zaman sekarang ini? Pasti orangnya ndeso bin katro, pokoknya tak gaul. Ya, begitulah anggapan orang-orang kota soal internet. Mereka sudah tidak asing mengenai sistem jaringan komputer ini. Akses internet dengan mudah dan cepat mereka nikmati setiap harinya, dengan bantuan gadget yang kian hari kian canggih.

Jika masa lalu masih menggunakan komputer, laptop atau netbook dibantu modem atau jaringan wi-fi, hal itu kini bisa tergantikan oleh tablet yang ukurannya lebih kecil dan praktis. Terlebih sekarang banyak ponsel yang bisa mengakses internet dengan mudah seperti jenis iPhone, Blackberry dan Android yang sekarang bertebaran di mana-mana dan oleh siapa-siapa (karena tukang ojek pun memilikinya).

Selain bantuan gadget, aplikasi social media yang semakin hari semakin menawarkan fitur yang menarik seperti contohnya Yahoo, Facebook, dan Twitter. Beragam aplikasi tersebut merajai dunia internet dan hampir semua orang menggunakannya. Otomatis hampir semua orang pula memiliki gadget-gadget, yang harganya sudah menyaingi harga kacang ini (saking bersaingnya).

Dan hampir setiap hari bahkan setiap waktu orang-orang menggunakan internet. Tanpa mereka tahu dan peduli akan darimana dan bagaimana teknologi jaringan ini bisa muncul dan bekerja.

Contoh sederhana, coba tanya kita tanya warga kota soal darimana internet berasal? Siapa penemunya? Bagaimana internet bisa bekerja? Atau yang paling sederhana saja, tanyakan mereka soal kepanjangan dari internet (jawabannnya interconnection-networking). Sangat jarang dari mereka yang mengetahuinya, bahkan sedikit pula yang ingin tahu dan peduli akan hal itu. Mereka menganggap itu semua tidak penting. Yang mereka tahu dan inginkan hanyalah menggunakan dan memilikinya. Ck ck ck… Lagi-lagi kita menjadi warga yang konsumtif.

Namun hal yang paling krusial adalah mereka tidak mengetahui seberapa besar tingkat kebutuhan mereka akan internet sendiri. Ambillah contoh seorang anak SD yang difasilitasi smartphone oleh orang tuanya. Kegunaan smartphone yang biasanya digunakan orang dewasa khususnya para profesional untuk bertransaksi bisnis, transfer data, dan berkomunikasi, di tangan anak SD tersebut fungsinya menciut menjadi sekedar alat untuk membuka facebook, mengecek twitter, membuat status gak penting, dan bermain game on-line.

Memang banyak juga diantara anak SD yang menggunakannya untuk browsing informasi terkait soal tugas. Akan tetapi jika mereka menggunakannya untuk browsing macam-macam (baca: negatif) seperti hal-hal berbau pornografi, kekerasan dan lain sejenisnya? Lalu bagaimana pula jika mereka menggunakannya untuk berplagiatisme dalam mengerjakan tugas? Dan yang lebih parah bagaimana pula jika alat komunikasi tersebut dijadikan ajang untuk ‘silaturahmi’ contekan dengan teman? Sungguh ironis!

Sebenarnya kelakuan tersebut tidak hanya dilakukan di tingkat SD tadi saja, tetapi juga oleh hampir semua jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi. Dalam dunia kerja pun tak dipungkiri terjadi hal yang sama pula. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dengan adanya internet ini telah membuat banyak orang terlena dan malas untuk bekerja kreatif dan berinovasi sendiri.

Jika dibandingkan dengan di desa, dimana akses internet mulai terasa pada awal dekade ini (dengan adanya program internet masuk desa), warga di sana masih menganggap internet adalah hal yang baru sehingga mereka begitu antusias dengan kehadiran internet ini. Mereka yang mulanya memiliki keterbatasan akan akses informasi dan komunikasi (seperti buku dan pesawat telepon), setelah diberi edukasi mengenai internet, mereka kemudian memanfaatkannya sebaik mungkin untuk kemajuan diri mereka sendiri dan desa yang mereka tinggali.

Bagaimanapun, terlepas dari desa ataupun kota, bijaknya penggunaan internet tergantung dari kesadaran individu masing-masing. Oleh karena itu, masyarakat dituntut untuk menggunakan internet secara cerdas dan efisien. Cerdas dalam arti di sini yaitu mampu mengggunakan internet untuk kegiatan-kegiatan yang produktif. Misalnya untuk mencari informasi, menulis artikel, mencari pekerjaan maupun menjalankan bisnis. Dalam hal ini, blog di internet mengambil peran besar.

Cerdas juga berarti waspada terhadap pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkan internet baik dari dalam maupun dari luar. Pengaruh dari dalam seperti timbulnya sifat malas, acuh dan individual. Hal ini disebabkan terlalu banyaknya membaca hal yang singkat-singkat sehingga jarang membaca buku, koran, dan sumber bacaan lainnya serta terlalu banyaknya berkomunikasi melalui tulisan alias tidak langsung.Sedangkan pengaruh dari luar dapat berupa penipuan, pemerasan, dan beragam tindak kriminal lainnya. Hal itu disebabkan terlalu gamblang dan terbukanya informasi personal yang kita sajikan dalam internet serta adanya sifat yang terlalu mudah percaya terhadap orang lain, bahkan orang yang baru dikenal. Dalam hal ini, media sosial lah yang menjadi jembatannya.

Selain cara cerdas di atas, diperlukan cara efisien yaitu menggunakan internet sesuai kebutuhan kita, guna mengefesiensikan waktu, tenaga, pikiran serta uang. Hal ini disebabkan penggunaan internet yang mengharuskan kita berkutat di depan layar komputer yang diwarnai radiasi sinyal dan gelombang elektron ini sering mebuat orang lelah, lupa waktu dan stress. Ini juga berpengaruh pada perubahan gaya hidup kita karena pengeluaran untuk internet (gadget, listrik, modem, pulsa) yang cukup besar.

Untuk itu, diperlukan tips-tips jitu untuk mem-protect diri, pikiran, dan hati kita agar tidak terjerumus pada pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh internet. Pertama, kita harus memahami pengaruh internet baik yang positif maupun yang negatif. Kedua, jangan meng-expose data diri terlalu terbuka di dunia maya dengan menggunakan selalu perlindungan privasi. Ketiga, gunakanlah internet untuk sesuatu yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas diri kita. Terakhir, perbanyaklah aktivitas positif di luar/outdoor sehingga kegiatan pribadi (berinternet) dan kegiatan sosial berjalan seimbang.

Perlu disadari kembali, internet memang banyak memiliki keuntungan bagi kita sebagai manusia. Bahkan selain untuk manusia, internet juga memberi keuntungan bagi lingkungan. Kehadiran internet dengan miliaran page dan beragam format soft file (email, e-paper, e-book) di dalamnya, dapat menghemat pengeluaran kertas di dunia sehingga menyelamatkan jutaan pohon di dunia dan mengurangi global warming. Maka dari itu, generasi sekarang patutlah bersyukur dengan adanya internet ini dengan cara menggunakannya secara cerdas dan efisien. Toh manfaatnya akan kita rasakan sendiri bukan? (*)

22.34
0 Comments »
Saan Mustopa Jadi Rumpian Ibu-Ibu Pengajian
Oleh : Neng Asmah Ahmad | 26-Nov-2012, 01:38:05 WIB
KabarIndonesia - Karawang, Bagi sebagian kalangan, aktifitas "ngerumpi" diidentikkan sebagai kebiasaan yang salah kaprah. Bahkan, tidak sedikit pula yang menilai jika interaksi sosial spontan lagi terbuka ini tidak bermanfaat karena melulu bahan komunikasinya berbuntut liar dan menggiring opini negatif dalam tatanan sosial.

Tapi tidak demikian bagi jemaah ibu-ibu pengajian di Mushola Al Muhajirin di Desa Karayasari, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Sebanyak 30 orang ibu-ibu rumah tangga di sana, tepatnya dilingkungan RT 44/19 Dusun Bakanjati, telah memperlihatkan bahwa konsep pengendalian komunikasi sosial yang baik mampu menciptakan kemasan positif terhadap perkembangan lingkup sosial masyarakat, kendati dalam prosesnya memanfaatkan celah yang dinilai minor oleh sebagian kalangan.

Melalui wadah forum pengajian, ibu-ibu yang rata-rata usianya 36 tahun sampai 45 tahun dilingkungan Dusun Bakanjati Karawang ini seakan memperlihatkan 'ngrumpi" sebagai rangkaian aktifitas peristiwa sosial yang bagi sebagian kalangan ditandai kutip tersebut, justru ketika kebiasaannya terstimulan dengan cara tepat dan kontinyu tidak melulu efeknya berbuntut negatif.

Meski tak sempurna, namun prakarsa ibu-ibu pengajian yang sedang mengemas kebiasaan "ngrumpi" pada pemaduan tema atau tajuk besar dalam acara keagamaan dilingkungan tinggalnya kini, cukup mampu menunjukan bahwa aktifitas sosial yang sekalipun ada dianggap minor, bisa menumbuhkan respon sosial yang berujung positif. Dengan catatan tahapan stimulisasinya perlu diarahkan pada niatan benar dan memilah untuk menghindari pemanfaatannya pada hal tidak benar.

"Tajuk rutinitas "Ngrumpi Pengajian" sengaja diteruskan sebagai wadah silaturahmi warga ibu-ibu di sini. Tetapi juga, digelar bagi pemahaman belajar komunikasi sosial lingkungan kami dengan harapan madhorot bagi seluruh warga kami," ungkap Ibu Mustiroh (45), seorang pengurus aktif acara pengajian rutin mingguan di Mushola AL Muhajirin Karyasari.

Kepada pewarta warga KabarIndonesia, ia menyontohkan, salah satu upaya pengembangan aktifitas komunikasi sosial oleh ibu-ibu dilingkungannya untuk reaksi positif sosial ini seperti digelar Sabtu (24/11) pagi.

"Mengaji di sesi Ngrumpi Pengajian di sini itu, pastinya tidak keluar aturan agama, semua pembelajaran diarahkan evaluasinya untuk memahami mendalami ilmu-ilmu keagaman untuk dikembangkan sebagai bekal serta pedoman aktifitas keseharian warga. Hanya saja, sebagai upaya elaborasi, kami memang mengisi sesi pembahasan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang muatan isinya sesuai norma dan atuiran agama," beber Mustiroh, sambil menyebutkan sesi pengajian ilmu pengetahuan ibu-ibu di lingkungannya tersebut pada pekan ini yaitu membahasa bentuk kepedulian sosial pihak luar yang telah merangkulkan derma ke wilayah tersebut.

"Sabtu ini, kami merefleksi pembahasan sosial kegiatan santunan 160 orang anak yatim yang dilangsungkan oleh Pak Saan Mustopa anggota DPR RI dari Demokrat, agar wajib dan bisa pula kami lanjutkan sesuai kemampuan sebagai bagian dari refleksi sosial yang diteruskan dalam forum kami,"ungkapnya.

Berbicara ngerumpi, atau umum diketahui sebagai aktifitas diskusi non formal tanpa batas, memang diera kekinian bukan lagi hal asing  ditelinga masyarakat. Dimana ruang publik sekaligus media komunikasi sosial yang spontan lepas dan terbuka ini, uniknya bak primadona dan dimanfaatkan semua kalangan dalam berinteraksi. Tak terkecuali kaum perempuan, aktifitas ngrumpi juga belakangan ini doyan dikerjakan kaum pria walaupun persentasinya relatif kecil.

Tapi sayang, sebagian kalangan ada pula yang lupa untuk tidak menggunakan ruang ini pada hal tidak penting, semisal membicarakan aib pihak lain, memfitnah, atau menggunjing, dan sebagainya. Karenanya untuk menghindari itu, kita perlu sepakat kalau budaya aktifitas ngobrol bebas yang sudah lama jadi kebiasaan umum ini agar dilakukan arahannya dalam interaksi sosial hanya pada pengembangan sosial yang madani.Salah satunya, memanfaatkan kebiasaannya tersebut pada hal yang bermanfaat demi berbagi kebaikan kepada semua orang.(*)

22.33
0 Comments »
coba makan disini sama teman kampus, dan yang harus diperhatikan yah [porsinya buesar] bikin kenyang bgt deh pasti.. kmrn ini sempet nyoba mie tarik kari ayam,dimana didalamnya ada potongan ayam,tahu goreng,telur rebus setengah potong..

rasanya enak,cuma untuk kari ayamnya ga spicy jd harus taruh bubuk cabe sendiri..kalo yg bisa request untuk pedes bisa nyoba mie tarik goreng nya

boleh juga di coba mie tarik originalnya,kuahnya itu ga begitu berbumbu cuma disitu sih letak enaknya :_

untuk harga semangkuk antara 27-29 ribu..kalo untuk mie kari nya 28 ribu

ga ada tax lho disini ;)
22.33
0 Comments »
Mengontrol
Oleh : Dinamis Tulen,s.pd.i 150350235 | 26-Nov-2012, 05:54:59 WIB
KabarIndonesia - Sejarah negeri ini tidak pernah terlepas dari peran para pemuda yang tergabung dalam kelompok-kelompok aktivis. Mereka dengan kesadaran dan keamampuan untuk mengorganisir secara baik mampu membuat perubahan dibeberapa bidang.

Contoh nyata adalah peristiwa reformasi 1998 yang dipelopori kaum mahasiswa sebagai intelektual muda. Namun saya juga tidak sepaham bila yang dikatakan kaum intelektual muda hanyalah mereka yang berada dijajaran universitas, kaum pelajar pun pernah menorehkan sejarah sebagai pelopor perubahan dan menjadi pengkritis kebijakan pemerintah pada masa itu, misal organisasi PII yang memilki basis pelajar menjadi salah satu penentang kebijakan represif Orde Baru.

Namun sayang perubahan yang terjadi bukan malah menjadikan mereka para aktifis muda ini menjadi lebih kritis dan memberikan nilai lebih dimasyarakat. Gaung reformasi yang dianggap sebagai sebuah prestasi para aktivis dalam merubah struktur dan tatananan sosial berbanding terbalik dengan yang terjadi dikalangan intelektual muda kita.

Ujung-ujungnya mereka justru kembali terlena dengan gaya hidup yang tidak jelas, hedonis, kemampuan berpikir kritis yang amat minim, dan umumnya penyakit itu yang sekarang menerpa para aktifis-aktifis muda kita. Apa yang menyebabkan mereka menjadi sedemikian kaku begini? Rabun membaca lumpuh menulis…

Saya kira itu persoalan yang menjadi penyebab kemunduran dari inteletual-intelektual muda kita khususnya para aktifis., walaupun mungkin masih banyak persoalan lain. Kemampuan mereka untuk berorasi, kemampuan untuk meyakinkan publik tidak diimbangi dengan kemampuan mereka dalam membaca, buruknya kemampuan dalam hal menulis.

Padahal membaca dan menulis adalah salah satu katalisator perubahan, sejarah perubahan negeri ini tidak pernah terlepas dari mereka para aktifis-aktifis yang memilki kemauan dalam memetakan pemikirannya melaui bentuk tulisan. Faktanya, hanya beberapa ekor aktivis 98 yang bersedia berjuang dalam kesunyian dan menjauhi dunia gemerlap keaktivisan untuk melahirkan tulisan-tulisan yang membawa propaganda penyadaran masyarakat (Anjrah Lelono Broto).

Padahal tradisi menulis dan membaca memiliki nilai lebih mulia nan agung. Dalam agama pun membaca dan menulis tertuang didalam kitab suci, sebut saja ayat Iqra’ dalam surah al-‘alaq yang berarti ‘baca’,namun ummat nampaknya menanggapi ini dengan berlainan persepsi sehingga makna membaca ini adalah membaca secara empiris bukan secara visual. Dalam Al-Qur’an sendiri terulis, “Nun, demi pena dan apa yang mereka tulis.” (Qs. Al-Qolam [68] ayat 1).

Dalam beberapa ayat al-Quran ketika ayat yang berbunyi demi matahari berarti menunjukkan sumpah Tuhan akan pentingnya peran matahari dalam siklus kehidupan kita, ’demi waktu’ mengartikan pentingnya efisiensi waktu agar dapat lebih memanfaatkannya secara produktif.

Nah, ketika ayat demi pena ini tertulis, menunjukan betapa pentingnya peran dari sebuah tulisan yang mengalir melalui tinta-tinta ilmuan atau para intelektual. Malahan dalam sebuah hadis disebutkan Nabi memuji para ulama yang menuangkan gagasannya kedapam tulisan, “Di akhirat nanti, tinta para ulama itu, akan ditimbang dengan darah para syuhada”.

Situasi semakin diperparah dengan sistem pembelajaran kita yang masih menempatkan budaya membaca dan menulis kedalam status anak tiri. Coba kita lihat sendiri tidak ada mata pelajaran manapun yang mewajbkan siswanya untuk aktif dan efektif menulis, menulis hanya sebagai bumbu dalam menerima pelajaran. Ketika menulis hanya diartikan sebagai bumbu atau menempati posisi anak tiri, maka otomatis budaya membaca pun akan semakin pudar.

Oleh karenanya ‘tidak ada hal yang paling memalukan dalam system pendidikan kita kecuali lenyapnya tradisi membaca dan menulis’ (Eko Prasetyo). Kesadaran struktural dan personal. Maka apa yang perlu dilakukan?? diperlukan kesaran secara personal dari para intelektual-intelektual(aktivis) ini dengan menyadari bahwa membaca dan menulis memiliki peran nomor wahid dalam melakukan perubahan. Namun ini semua bukan semata-mata kesalahan dari para intelektual ini, sistem pendidikan negeri ini pun perlu sedikit dibenahi khususnya dalam penempatan tradisi membaca dan menulis.

Pendidikan negeri semestinya menempatkan posisi membaca dan menulis dalam posisi pertama sebuah pembelajaran. Malahan bila perlu mewajibkan para siswanya untuk menghasilkan sebuah karya tulis dalam bentuk apapun.Karenanya problem kemiskinan literasi ini termasuk kedalam problem struktural pendidikan kita yang musti kita kikis bersama. Melihat fenomena di atas sudah semestinya kita membuka kacamata kesadaran kita lebih luas untuk lebih berbenah diri.

Bagaimana kita ingin merubah orang lain, bagaimana kita ingin merubah kondisi lingkungan yang buruk jika kita sendri masih terkungkung dalam lautan kemiskinan ilmu pengetahuan yang disebabkan oleh miskinnya literatur. Kemiskinan literatur inilah yang menurut Prie G.S yang paling sering menerpa negeri kita, bukan hanya kemiskinan secara material.

Dan akhirnya negeri kita berada pada dua problema, pertama masalah kemiskinan material yang menerpa mayoritas masyarakat kita, kedua kemiskinan ilmu yang ditandai dengan minimnya daya kritis dan kemampuan berpikir secara sehat(khususnya membaca), dan ini mulai merasuk kedalam tubuh aktifis-aktifis modern sekarang.

Bila kita ingin berkaca sekali lagi tidak ada pendiri negeri ini yang paling banyak dan produktif menulis melebihi Bung Hatta. Tulisan dan gagasannya banyak dijadikan referensi oleh beberapa kaum intelektual dan beberapa ilmuan dunia dan lokal lainnya. Alangkah sayangnya bila Bung Hatta adalah generasi terkhir negeri ini yang memliki kemampuan literasi ini. Karena dari itu tulisan ini sengaja saya tujukan sebagai upaya penyadaran kepada para aktivis-aktivis yang masih membara, yang masih memiki nilai idelalisme murni, yang masih memiliki niat utuk melakukan perubahan.

Kini saatnya kita menyongsong perubahan tersebut dengan berlandaskan ilmu pengetahuan dan akal sehat, bukan lagi sekedar omongan kosong yang tidak sarat nilai apalagi dengan jalan radikal sebagai problem solve nya. Sudah saatnya aktifis bukan hanya pandai dalam berorasi namun juga pandai dalam melahirkan karya tulis yang berguna bagi kemajuan bangsa ini kelak. Semoga… (*)

Dinamis Tulen, Aktivis HMI dan Guru di MI Nurul Hidayah Jambi
22.32
0 Comments »
Pilkades Menghangat, Ketua DPRD Dan BPMD Turun Gunung
Oleh : Neng Asmah Ahmad | 26-Nov-2012, 01:43:08 WIB
KabarIndonesia - Karawang, Ketua DPRD kabupaten Karawang, Tono Bahtiar, didampingi Sekwan DPRD, Karawang A. Suroto, Sabtu (24/11) secara random melakukan monitoring ke sejumlah simpul wilayah pelaksana Pilkades yang digelar Minggu, 25 November 2012. Selain mengecek kesiapan umum tahapan Pilkdes yang akan digelar di 64 desa itu, tinjauan langsung tersebut dilakukan pula untuk mengimbau agar hajat demokrasi pemerintahan desa di Karawang berjalan kondusif.

"Ini untuk melihat langsung kesiapan Pilkades serempak besok (25 November 2012,red) di Karawang, selain itu pula dalam rangka memonitor kondisi masyarakat pemilih serta kesiapan dari pengamanan jelang Pilkades itu," kata Tono Bahtiar diamini Suroto, kepada pewarta KabarIndonesia lewat wawancara telepon genggam.

Beberapa wilayah yang dipantau oleh Legislator PDIP Perjuangan itu, menurut Suroto, yakni diteruskan monitoringnya meliputi wilayah utara dan selatan Kabupaten Karawang. Rincian simpul titik pantauan sendiri disidak pada beberapa desa di Kecamatan Batujaya serta Kecamatan Telukjambe. "Juga kami selipkan dari gerakan ini untuk menginformasikan kepada masyarakat pemilih di desa Karawang agar menggunakan hak pilihnya secara baik dan benar. Termasuk pula mengimbau seluruh unsur masyarakat untuk menjaga kondusifitas wilayahnya masing-masing selama Pilkades digelar," katanya.

Seirama digerakkan pula kalangan birokrat Pemkab Karawang. Jelang Pilkades, melalui Bidang Pemdes BPMPD Karawang disebutkan pula rangkaian monitoring atas kesiapan umum pada titik pelaksanaan Pilkades telah dilakukan secara bertahap. Hingga kemarin, menurut Ridwan Salam selaku Kabid BPMPD Bidang Pemerintahan Desa, terjun langsung BPMPD dalam memantau kesiapan Pilkades tersebut telah disisir di seluruh penjuru kabupaten. "Kita sudah gelar monitoring ini mulai dari titik utara dan selatan di Karawang. Dan, ini akan diteruskan sampai hari "H" Pilkades serentak nanti," katanya.

Secara umum, tambah Ridwan, jelang Pilkades di 64 Desa di Karawang, penyelenggaraan Pilkades tersebut sudah bisa diselenggarakan dengan kondisi yang relatif kondusif. Termasuk pada urusan bidang logistik dan suntikan dana bantuan Pilkades juga diinformasikannya rampung digelontorkan untuk setiap panitia pelaksana Pilkades. "Secara umum, dari monitoring terakhir hari ini, Karawang siap untuk melangsungkan Pilkades ini. Kepada masyarakat, kami mengimbau agar suksesi hajat demokrasi di tingkat desa ini bisa dijadikan momentum pembelajaran demokrasi dalam menentukan hak pilih sesuai nurani," bebernya.

Sekedar diketahui, Pemerintah Kabupaten Karawang telah mengucurkan dana untuk pelaksanaan Pilkades sebesar Rp20 juta sampai Rp40 juta per desa. Besaran bantuan ini disesuaikan dari jumlah pemilih masing-masing desa penyelenggara yang perbandingannya dihitung atas jumlah hak pilih seperti dituangkan pada Keputusan Bupati Nomor 141.11-Kep79/Huk/2012 tentang Bantuan Dana Penyelenggaraan Pilkades.

Ridwan merinci untuk di desa yang hak pilihnya mencapai 2.000-4.000 orang akan mendapatkan kucuran dana sebesar Rp20 juta. Sementara di desa yang hak pilihnya berjumlah 4.001-6.000, kucuran dana Pilkades digelontorkan peruntukannya sebesar Rp25 juta. Sedangkan untuk desa tertentu yang hak pilihnya mencapai 6.001 sampai 10.000 orang mendapatkan kucuran dana sebesar Rp40 juta.(*)

22.31
0 Comments »
Massa Muhammadiyah memadati area Gelora Bung Karno (GBK). Mereka berkumpul untuk memperingati Milad 100 tahun salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut. Massa berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Tangeran dan Banten.

Muhammadiyah sebagai "Sang Surya Tiada Henti Menyinari Negeri". Menurut Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, tahun 2012 ini adalah milad Muhammadiyah yang seabad dalam hitungan kalender masehi dan penanggalan kalender Islam.

Seabad sudah organisasi Islam yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta ini mencerahi peradaban Indonesia.

"Semoga dengan satu abad usianya, Muhammadiyah akan tetap profesional dan setia memberikan sumbangsih besar untuk bangsa dan negara dalam berbagai bidang," katanya. 

Sejumlah tokoh bangsa menghadiri peringatan ulang tahun organisasi Islam Muhammadiyah ke 100, Minggu, 18 November 2012. Di antaranya, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid, Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), mantan Gubernur DKI Sutiyoso.

Dengan dihadiri oleh ribuan warga Muhammadiyah serta ditampilkannya sejumlah atraksi seni dan budaya oleh anggota dan pelajar dari organisasi itu.

Peringatan dan kiprah satu abad Muhammadiyah, sesuai dengan filosofi lambang Muhammadiyah. Muhammadiyah punya lambang filosofi matahari, makna hakekatnya Muhammadiyah terus memberi tidak mengharapkan kembali, kemudian juga bermakna mencerahkan.

Filosofi matahari ini juga bentuk konsistensi, dimana sang surya terus menyinari dan mencerahkan tidak terpengaruh dengan kondisi apapun baik pemerintahan dan rezim.

Muhammadiyah jelang abad kedua mengalami tantangan hebat untuk syiar dakwah. Arus liberalisasi politik, budaya, ekonomi menjadikan Muhammadiyah bukan hanya berkutat di tataran wacana.

“Kami sudah membuat pernyataan pikiran semacam deklarasi, manifesto yang berisi evaluasi, assesment Muhammadiyah terhadap keadaan, tentu organisasi ini akan siap dengan segala zaman, abad kedua harus lebih baik dari abad pertama," ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof M. Din Syamsuddin.

Full self confidence dalam Muhammadiyah bahwa Muhammadiyah tidak hanya untuk Indonesia tapi untuk dunia, rahmatan lil alamin. Bahwa untuk Indonesia, Muhammadiyah tidak lagi hanya pada gerakan strategis pengembangan kebudayaan masyarakat seperti kesehatan, pendidikan, sosial, maupun ekonomi.

Muhammadiyah sedang menyisir korban-korban dari proses pembangunan ini, yakni kelompok-kelompok marjinal, buruh, petani, nelayan, hingga kaum papa. Sekarang ada Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) yang secara khusus mengambalikan ideologi Muhammadiyah dengan teologi Al Ma’un.

Kekuatan itu harus digunakan untuk memperbaiki moral bangsa yang tercabik-cabik. Saat ini banyak tawuran antar pelajar, mahasiswa dan bentrok antar desa, jadi harus bisa melihat kondisi masyarakat sekitar dan berbuat untuk memperbaiki keadaan.

Tantangan zaman akan berkembang sesuai dengan berkembangnya sisi kemanusiaan manusia. Sehingga kapabilitas, kapasitas keilmuan kader muda yang mumpuni perlu diimbangi dengan internalisasi nilai yang menjadi akhlak kepemimpinan Muhammadiyah.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah Muhammadiyah bisa tetap eksis hingga umur 200 tahun? (*)

22.30
0 Comments »
urnalisme yang Mencerahkan Publik
Oleh : Supadiyanto | 24-Nov-2012, 20:15:17 WIB
KabarIndonesia - Di masa depan, sangat penting menempatkan jurnalis tidak sekadar sebagai pengumpul fakta. Tetapi bagaimana juga menempatkan posisi strategisnya dalam mengemban misi mulia yakni memberikan pencerahan kepada publik.     ”Lewat tulisan dan gagasan jurnalis dalam media, publik kemudian menjadi memiliki pandangan baru bagaimana seharusnya kondisi ideal dalam bermasyarakat dan berbangsa,” kata Adi Nugroho yang mewakili Rektor Universitas Diponegoro Semarang Profesor Sudharto saat membuka Seminar Nasional bertajuk: Jurnalisme From Zero to Hero di Gedung Fisip Undip Lantai 3 Tembalang belum lama ini. Lebih lanjut, dirinya menjelaskan, beberapa media di Indonesia sudah menerapkan prinsip dan cara pemberitaan dan menyajikan gagasan dalam media seperti itu, dan media-media tersebut perlu diapresiasi.  ”Sangat penting juga jurnalis memiliki sense sebagai seorang pahlwan. Sehingga jurnalis menempatkan dirinya pada posisi penting yang diharapkan publik dan memiliki misi mulia” kata Sudharto dalam seminar yang diadakan LPM Manunggal.
Seminar menghadirkan pembicara Bekti Nugroho dari Dewan Pers, Farid Gaban pegiat Film Dokumenter/mantan jurnalis TEMPO, serta News Anchor RCTI Gustav Aulia. Dalam kesempatan tersebut, Rektor Undip Semarang mengapresiasi gagasan LPM Manunggal membahas tema transformatif tersebut. Di mana memiliki tujuan akhir yakni dalam kerangka kampus berposisi sebagai agen-agen pembaharuan dan penempaan ide dan gagasan aktual, yang memberi kontribusi bagi kemajuan dunia jurnalisme di tanah air.      Peran Vital Jurnalis
Anggota Dewan Pers Bekti Nugroho memaparkan, perlunya media dan jurnalis tanggap dengan perubahan yang ada di masyarakat. Termasuk dalam beradaptasi terhadap berbagai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang membawa implikasi bagi cara wartawan bekerja.   “Ke depan seorang wartawan harus sekaligus memiliki keahlian yang selama ini terpisah, bisa saja misalnya sekaligus wartawan yang bersangkutan tidak sekedar dapat menulis, tetapi juga mengambil gambar visual dengan kamera dan teknik mengirimkannya ke media,” kata Bekti Nugroho yang juga salah satu alumnus Jurusan Ilmu Komunikasi Undip Semarang.  Hal yang dikemukakan itu sejalan dengan era konvergensi media, yang menuntut wartawan memiliki kemampuan yang berbeda jika dibandingkan dengan kondisi sepuluh tahun yang lalu ketika ia menjadi wartawan media di sebuah media cetak.  “Pada saat itu, bisa menulis sudah cukup baik dan masuk krtiteria menjadi wartawan media, tetapi mungkin di era sekarang ini tidak cukup lagi seperti itu,” papar Bekti Nugroho. Seminar nasional yang diselenggarakan LPM Manunggal diikuti sebanyak 150 peserta dari berbagai fakultas di Undip Semarang serta sejumlah mahasiswa dari PTN/PTS lain di Semarang. Pembicara lain Gustav Aulia memaparkan tantangan liputan sebagai seorang jurnalis yang pernah dialaminya dan menjadikannya menjadi lebih matang.
22.30
0 Comments »
Suro Ponorogo Hipnotis Politikus
Oleh : Muh Nurcholis | 17-Nov-2012, 10:14:10 WIB
KabarIndonesia - Tradisi Masyarakat Ponorogo, Jawa Timur menutup rangkaian acara "Grebeg Suro" dan Festival Reog Nasional (FRN) XIX dengan menggelar ritual larungan sesaji "buceng agung" (tumpeng raksasa) di Telaga Ngebel, salah satu obyek wisata andalan di daerah tersebut.

Prosesi larungan buceng agung yang berlangsung mulai pukul 09.30 WIB tersebut berlangsung meriah. Ribuan warga dari berbagai pelosok daerah di Ponorogo maupun sekitarnya tampak memadati seluruh area bibir telaga yang menjadi tempat pemberangkatan pelarungan.

Sebelumnya telah dilaksanakan Kirab Pusaka Ponorogo dan Pawai Lintas Sejarah Ponorogo. Selain Bupati, Wabup, Sekdakab Ponorogo serta Anggota Forpimda Ponorogo, acara juga diikuti oleh Hengky Kurniawan salah satu aktor terkenal. Bahkan, acara tersebut mampu menghipnotis, wakil ketua DPR RI Priyo Budi Santoso yang ikut berbaur menjadi tamu istimewa dan ikut dikirab.

Tidak hanya mempertontonkan seluruh prosesi pelarungan buceng agung sebagai untuk menandai penutupan rangkaian grebeg suro dan FRN XIX, acara juga dimeriahkan dengan pertunjukan sendra tari khas daerah, reog, atraksi barongsai, hingga marching band sejumlah anak TK dan SD setempat.

"Dalam tradisi masyarakat Ponorogo, ritual pelarungan yang mendandai penutupan grebeg suro ini merupakan perwujudan tradisi 'mapak tanggal' (memperingati awalnya tahun baru dalam kalender Jawa/tahun baru Islam)," terang Bupati Ponorogo, Amin dalam sambutannya menjelang pemberangkatan arak-arakan buceng agung.

Sayang, di tengah rangkaian acara hujan tiba-tiba turun sehingga membuat para penonton yang menunggu di pinggir telaga semburat mencari tempat berteduh. Ritual pelarungan akhirnya bisa dilanjutkan setelah hujan kembali mereda, beberapa saat kemudian.

Ketua panitia larungan, Siswoyo dalam kesempatan tersebut menyampaikan, ritual larung buceng agung merupakan akhir dari rangkaian penutupan grebeg suro yang dipusatkan di Telaga Ngebel.

Panitia sebelumnya juga menggelar beberapa kegiatan keagaman lainnya dalam rangka menyambut tahun baru Islam (hijriah), seperti khataman Alquran dan istigotsah yang diselenggarakan di masjid setempat."Alhamdulillah, seluruh rangkaian acara, baik kegiatan grebeg suro, FRN, maupun larungan di Telaga Ngebel ini berjalan lancar," ujarnya.

Bupati Amin dalam kesempatan yang sama juga menyampaikan apresiasinya atas sukses acara grebeg suro dan FRN XIX tahun 2012 ini.

Meski ia mengakui masih ada beberapa kekurangan yang perlu dievaluasi, Amin mengungkapkan bahwa gebyar dan animo masyarakat terhadap kegiatan grebeg suro dan FRN tahun ini jauh lebih ramai dibanding tahun sebelumnya.

"Semoga tahun depan bisa lebih baik dan meriah lagi," ujarnya. (*)
22.30
0 Comments »
Ratu Mas Mahkota Wafat, Ratu Kesultanan Kadriah Pontianak
Oleh : Abdullah Alqadrie | 17-Nov-2012, 09:56:35 WIB

KabarIndonesia - Maharatu Mas Mahkota, Didi Van Delden,istri dari Sultan Hamid.II, Sultan pada Kesultanan Kadriah, Pontianak, Kalimantan Barat. Beliau diberitakan wafat di Den Hag, negeri Belanda, tanah leluhurnya.

Ratu Mas Mahkota dikaruniai 2 orang anak.Putri dan Putra.Sampai akhir hayatnya, beliau tak pernah dapat berkunjung kembali ke negeri suaminya, yang sangat dicintai dan dihormatinya,y aitu Sultan Hamid II.

Politik telah memisahkan cinta mereka. Setelah menikah di Malang pada tahun 1930-an, ia dan suaminya harus menghadapi tragedi pahit. Mereka dipisahkan sebagai akibat ekspansi penjajahan Jepang, kemudian pergolakan kemerdekaan.

Meskipun pada 23 Oktober 1945 suaminya dilantik sebagai Sultan Pontianak, dan ia dinobatkan sebagai Maharatu Mas Mahkota, tapi gelar dan kedudukan itu tak pernah dinikmatinya. Suaminya ditahan Jepang, kemudian dijebloskan ke penjara kembali oleh Pemerintahan Soekarno pada tahun 1960-an, dengan tuduhan makar dan mengkhianati revolusi.

Padahal sebetulnya Sultan Hamid II adalah orang yang yang banyak berjasa mendukung dan membantu Soekarno dalam perjuangannya merebut kemerdekaan dari Belanda. Bantuan Sultan Hamid II lebih berupa dukungan diplomasi, politis, dan Intelektual.Sultan hamid.II merupakan perancang dan Perumus lambang negara Garuda Pancasila. Sayangnya hingga hari ini belum diakui oleh negara.

Maharatu Mas Mahkota,lebih banyak melewati hari-harinya di negeri Belanda,dan membesarkan kedua anaknya. Hingga hayat menjemputnya, pada tanggal 19 Juni 2010, di usia 95 tahun, kerinduannya kepada negeri Pontianak, dan kecintaanya kepada suaminya, Sultan Hamid II, tak pernah luntur dan berubah.
Selamat jalan ratu kami, berbahagialah di alam sana. (*)
22.29